Dan tangan Harry naik dan mendorongnya menjauh, dan bibir Harry berteriak, “Aku sudah bilang, tak boleh mencium!”

*

“Aku pikir dia akan baik baik saja sekarang,” kata sang Kepala Sekolah, melihat ke arah di mana Harry sedang menangis dalam isakan yang sangat menyedihkan saat Fawkes bersenandung di atasnya. “Dilakukan dengan sempurna, Nona Granger. Apakah kau tahu, aku bahkan tak akan mengharapkan untuk hal itu benar-benar berhasil?”

Senandung si phoenix tak benar-benar dimaksudkan untuknya, Hermione tahu, tapi dia masih bisa merasa ditenangkan olehnya, yang memang dia butuhkan, karena hidupnya sudah secara resmi berakhir.

Chapter 45: Humanisme, Bg 3

Senandung Fawkes dengan lembut memanjang ke kehampaan.

Harry terduduk dari tempatnya terbaring di atas rumput yang terhembus musim dingin, Fawkes masih bertengger di bahunya.

Ada banyak tarikan napas dari sekelilingnya.

“Harry,” kata Seamus dalam suatu suara bergetar, “apakah kamu baik-baik saja?”

Kedamaian si phoenix masih di dalam dia, dan kehangatan, dari tempat Fawkes bertengger. Kehangatan, menyebar ke seluruh dirinya, dan ingatan senandung itu, masih hidup dengan hadirnya si phoenix. Ada hal-hal mengerikan yang tadi sudah terjadi padanya, pikiran mengerikan yang lewat melalui dirinya. Dia sudah memperoleh kembali sebuah ingatan mustahil, untuk semua yang si Dementor lakukan untuk membuat dirinya menodai hal itu. Suatu kata yang aneh terus menggema dalam pikirannya. Dan semuanya itu bisa ditunda untuk nanti, selagi si phoenix masih bersinar merah dan emas di bawah matahari yang terbenam.

Fawkes berkaok padanya.

“Sesuatu yang harus kulakukan?” kata Harry pada Fawkes. “Apa?”

Fawkes memiringkan kepalanya ke arah si Dementor.

Harry melihat ke arah kengerian yang tak terlihat dalam kurungannya, kemudian kembali ke arah si phoenix, kebingungan.

“Tn. Potter?” kata suara Minerva McGonagall dari belakangnya. “Apakah kau baik-baik saja?”

Harry berdiri dan berbalik.

Minerva McGonagall melihat ke arahnya, terlihat sangat khawatir; Albus Dumbledore di sebelahnya mempelajari Harry dengan hati-hati; Filius Flitwick terlihat benar-benar lega; dan seluruh murid hanya memandang.

“Aku pikir demikian, Profesor McGonagall,” kata Harry dengan tenang. Dia hampir mengatakan Minerva sebelum berhasil menghentikan dirinya sendiri. Selagi Fawkes masih di atas bahunya, paling tidak, Harry baik-baik saja; mungkin saja dia akan roboh sesaat setelah Fawkes pergi, tapi entah bagaimana pikiran macam itu tak terasa penting. “Aku pikir aku baik-baik saja.”

Harusnya ada sorakan, atau desahan kelegaan, atau sesuatu, tapi tak seorang pun sepertinya tahu apa yang harus dikatakan, tak seorang pun.

Kedamaian si phoenix bertahan.

Harry berbalik. “Hermione?” katanya.

Siapapun yang memiliki secuil saja romantisme di dalam hati mereka menahan napas.

“Aku tak benar-benar tahu bagaimana mengatakan terima kasih dengan anggun,” kata Harry perlahan, “lebih daripada aku tahu bagaimana cara meminta maaf. Apa yang bisa kukatakan adalah bahwa jika kau tak tahu apakah hal tadi adalah hal yang benar untuk dilakukan, itu memang hal yang benar.”

Si bocah dan si gadis saling menatap ke dalam mata masing-masing.

“Maaf,” kata Harry. “Tentang apa yang terjadi sesudahnya. Jika ada sesuatu yang bisa kulakukanтАУ”

“Tidak,” balas Hermione. “Tak ada. Meski begitu, tidak masalah.” Kemudian dia berbalik dari Harry dan berjalan pergi, menuju jalur yang mengarah kembali ke gerbang-gerbang Hogwarts.

Sejumlah gadis-gadis memberi Harry pandangan bingung, dan kemudian mengikutinya. Saat mereka pergi, kamu bisa mendengar pertanyaan-pertanyaan bersemangat dimulai.

Harry melihat ke arah mereka saat mereka pergi, berbalik untuk melihat ke arah murid-murid lain. Mereka sudah melihatnya di tanah, menjerit, dan тАж

Fawkes menyundul pipi Harry, sebentar.

тАж dan itu akan membantu mereka, suatu hari, memahami bahwa si Anak Laki-Laki yang Bertahan Hidup juga bisa terluka, bisa menderita. Supaya ketika mereka sendiri terluka dan menderita, mereka akan ingat melihat Harry menggeliat di tanah, dan tahu bahwa luka mereka dan masalah mereka bukan berarti bahwa mereka tak pernah memiliki arti apa pun. Apakah sang Kepala Sekolah memperhitungkan hal itu, ketika dia membiarkan para murid lain tetap tinggal dan melihat?

Mata Harry kembali kepada selubung tinggi compang-camping itu, hampir dengan melamun, dan tanpa benar-benar sadar tentang apa yang dikatakan, Harry berkata, “Itu harusnya tak boleh ada.”

“Ah,” kata satu suara kering, teliti. “Aku berpikir kamu mungkin mengatakan itu. Aku benar-benar menyesal untuk memberitahumu, Tn. Potter, bahwa Dementor tak bisa dibunuh. Banyak yang sudah mencoba.”

“Benarkah?” kata Harry, masih melamun. “Apa yang sudah mereka coba?”

“Ada suatu mantra tertentu yang teramat berbahaya dan merusak,” kata Profesor Quirrell, “yang tak akan aku sebutkan di sini; suatu mantra dari api terkutuk. Itu adalah yang kamu gunakan untuk menghancurkan suatu perangkat kuno seperti Topi Seleksi. Itu tak memiliki efek pada Dementor. Mereka tak bisa mati.”

“Mereka bukan tak bisa mati,” kata sang Kepala Sekolah. Kata-katanya ringan, tatapannya tajam. “Mereka tidak memiliki hidup abadi. Mereka adalah luka-luka di dalam dunia, dan menyerang sebuah luka hanya akan membuatnya lebih besar.”

“Hm,” kata Harry. “Misal kamu melemparkannya ke Matahari? Akankan dia hancur?”

“Melemparkan ke dalam Matahari?” decit Profesor Flitwick, terlihat seolah dia akan pingsan.

“Sepertinya tidak, Tn. Potter,” kata Profesor Quirrell dengan kering. “Bagaimanapun juga, Matahari itu sangat besar; aku ragu kalau Dementor akan memiliki terlalu banyak efek atasnya. Tapi itu bukanlah satu percobaan yang aku ingin coba, Tn. Potter, hanya untuk jaga-jaga.”

“Aku mengerti,” kata Harry.

Fawkes berkaok untuk yang terakhir kali, membungkuskan sayap-sayapnya di kepala Harry, dan kemudian meluncurkan dirinya sendiri dari Harry. Meluncurkan dirinya sendiri tepat ke arah Dementor itu, meneriakkan suatu seruan perlawanan keras menusuk yang menggema di seluruh lapangan. Dan sebelum siapapun bereaksi terhadap itu, ada suatu kilatan api, dan Fawkes menghilang.

Kedamaiannya memudar, sedikit.

Kehangatannya memudar, sedikit.

Harry mengambil satu napas dalam, melepaskannya lagi.

“Yep,” kata Harry. “Masih hidup.”

Lagi kesunyian itu, lagi dengan ketiadaan sorakan; seolah tak ada yang tahu bagaimana meresponтАУ

“Bagus mengetahui kalau kamu pulih sepenuhnya, Tn. Potter,” kata Profesor Quirrell dengan tegas, seolah menyangkal kemungkinan lain apa pun. “Sekarang, aku percaya Nona Ransom adalah yang berikutnya?”

Itu mengawali sedikit perdebatan, yang mana Profesor Quirrell benar dan semua orang lain salah. Sang Profesor Pertahanan mengatakan bahwa, meski seluruh emosi yang bisa dipahami dari semua yang khawatir, kemungkinan kecelakaan yang sama terjadi pada murid lain mendekati sangat kecil; lebih lagi karena mereka sekarang tahu bagaimana menghindari kemalangan dengan tongkat sihir. Dan sementara itu, ada murid-murid lain yang perlu mengambil kesempatan terbaik mereka atas melemparkan suatu Mantra Patronus korporeal, atau untuk mempelajari perasaan dari suatu Dementor sehingga mereka bisa melarikan diri, dan menemukan derajat kerentanan mereka sendiri тАж .

Pada akhirnya ternyata hanya Dean Thomas dan Ron Weasley dari Gryffindor yang tersisa yang masih bersedia untuk pergi ke dekat si Dementor, yang menyederhanakan perdebatannya.

Harry melihat ke arah si Dementor. Kata itu menggema di dalam pikirannya lagi.

Baiklah, pikir Harry pada dirinya sendiri, jika Dementor adalah sebuah teka-teki, apa jawabannya?

Dan hanya seperti itu, semua jadi jelas.

Harry melihat ke arah kurungan bernoda, sedikit berkarat.

Dia melihat apa yang ada di bawah, selubung tinggi, compang camping itu.

Itulah dia, kalau begitu.

Profesor McGonagall datang dan berbicara pada Harry. Dia belum melihat yang terburuk dari semua ini, jadi hanya sedikit kilauan air di matanya. Harry memberitahunya bahwa dia perlu berbicara padanya setelah ini dan menanyakan satu pertanyaan yang dia tunda untuk beberapa saat, tapi itu tak perlu terjadi sekarang, jika dia sedang sibuk. Ada suatu pandangan tertentu tentangnya yang menyebutkan kalau dia baru saja ditarik dari sesuatu yang penting; dan Harry mengungkapkan hal ini padanya, dan berkata bahwa dia sungguh-sungguh tak perlu merasa bersalah untuk pergi. Ini membuat Harry mendapatkan sesuatu sejenis pandangan tajam, tapi kemudian pergilah dia, dengan tergesa, meninggalkan sebuah janji bahwa mereka akan berbicara setelahnya.

Dean Thomas melemparkan beruang putihnya lagi, bahkan di hadapan Dementor; dan Ron Weasley menempatkan perisai kabut berkilau yang cukup. Yang menyelesaikan hari itu, sejauh yang semua orang pedulikan, dan Profesor Flitwick mulai menggiring para murid kembali ke Hogwarts. Ketika sudah jelas bahwa Harry bermaksud untuk tetap tinggal, Profesor Flitwick melihat padanya penuh tanda tanya; dan Harry, pada bagiannya, melihat penuh arti pada Dumbledore. Harry tak tahu apa yang diartikan oleh Profesor Flitwick atas hal itu, tapi setelah tatapan peringatan tajam, Kepala Asramanya pergi.

Dan demikian tinggallah hanya Harry, Profesor Quirrell, Kepala Sekolah Dumbledore, dan trio Auror.

Akan lebih baik untuk menyingkirkan si trio lebih dulu, tapi Harry tak bisa memikirkan cara yang bagus untuk melakukan itu.

“Baiklah,” kata Auror Komodo, “mari kita bawa kembali.”

“Permisi,” kata Harry. “Aku ingin memperoleh satu giliran lagi dengan Dementor itu.”

*

Permintaan Harry disambut dengan sejumlah perlawanan dalam jenis kau benar-benar gila, walau hanya Auror Butnaru yang benar-benar mengatakan itu keras-keras.

“Fawkes menyuruhku,” kata Harry.

Ini tak sepenuhnya mengatasi seluruh perlawanan itu, meski pandangan keterkejutan yang dihasilkan pada wajah Dumbledore. Perdebatannya berlanjut, dan itu mulai melunturkan ujung kedamaian si phoenix yang masih tersisa, yang membuat Harry jengkel, walau hanya sedikit.

“Lihat,” kata Harry, “aku cukup yakin aku tahu apa yang menjadi kesalahanku sebelumnya. Ada jenis orang yang harus memakai jenis pikiran hangat dan bahagia yang berbeda. Biarkan saja aku mencobanya, oke?”

Ini terbukti tidak persuasif juga.

“Aku pikir,” kata Profesor Quirrell akhirnya, menatap pada Harry dengan mata yang menyempit, “bahwa jika kita tidak mengizinkanmu melakukan ini di bawah pengawasan, dia akan, pada suatu saat atau yang lain, menyelinap dan mencari satu Dementor sendiri. Apakah aku salah menuduhmu, Tn. Potter?”

Ada suatu jeda tercengang atas ini. Itu sepertinya adalah suatu saat yang baik untuk memainkan kartu trufnya.

“Aku tak keberatan jika Kepala Sekolah tetap mempertahankan Patronusnya,” kata Harry. Karena aku akan ada di hadapan Dementor juga, Patronus atau tidak.

Ada kebingungan atas ini, bahkan Profesor Quirrell terlihat bingung; tapi sang Kepala Sekolah akhirnya menyetujui, karena sepertinya tak mungkin bahwa Harry bisa terluka menembus empat Patronus.

Jika si Dementor tak bisa menjangkau menembus Patronusmu pada beberapa tingkat, Albus Dumbledore, kamu tak akan melihat seorang pria telanjang yang menyakitkan untuk dilihat тАж .

Harry tak mengatakannya dengan lantang, untuk alasan-alasan yang jelas.

Dan mereka mulai berjalan menuju si Dementor.

“Kepala Sekolah,” kata Harry, “misal pintu Raverclaw bertanya padamu teka-teki ini: Apa yang ada di pusat Dementor? Apa yang akan kau katakan?”

“Ketakutan,” kata sang Kepala Sekolah.

Itu adalah kesalahan yang cukup sederhana. Si Dementor mendekat dan ketakutan menyelimutimu. Ketakutan itu menyakitkan, kamu merasakan ketakutan itu melemahkanmu, kamu ingin ketakutan itu menghilang.

Adalah alami untuk mengira ketakutan itu adalah masalahnya.

Jadi mereka menyimpulkan bahwa si Dementor adalah satu makhluk dari ketakutan murni, bahwa tak ada apa pun untuk ditakuti kecuali ketakutan itu sendiri, bahwa si Dementor tak bisa melukaimu jika kamu tak takut тАж .

Tapi тАж .

Apa yang ada di pusat Dementor?

Ketakutan.

Apa yang sebegitu mengerikan hingga pikiran menolak untuk melihatnya?

Ketakutan.

Apa yang mustahil untuk dibunuh?

Ketakutan.

тАж itu tak benar-benar cocok, begitu kamu memikirkan tentangnya.

Walau adalah cukup jelas kenapa orang-orang akan jadi enggan untuk melihat melampaui jawaban pertama.

Orang-orang memahami ketakutan.

Orang-orang tahu apa yang harus mereka lakukan tentang ketakutan.

Jadi, dihadapkan dengan satu Dementor, tak akan sepenuhnya nyaman untuk menanyakan: ‘Bagaimana jika ketakutan itu hanyalah efek samping bukannya masalah utamanya?’

Mereka sudah tiba sangat dekat dengan kurungan si Dementor yang dijaga oleh empat Patronus, ketika muncul tarikan napas tajam dari ketiga Auror dan Profesor Quirrell. Wajah-wajah semua orang berbalik untuk melihat ke arah si Dementor, seolah-olah mendengarkan; ada kengerian di wajah Auror Goryanof.

Kemudian Profesor Quirrell mengangkat kepalanya, wajahnya keras, dan meludah ke arah si Dementor.

“Dia tak suka mangsanya diambil darinya, kukira,” kata Dumbledore dengan pelan. “Yah. Jika keadaan membutuhkan, Quirinus, akan selalu ada tempat perlindungan untukmu di Hogwarts.”

“Apa yang dia katakan?” kata Harry.

Tiap kepala berayun untuk menatapnya.

“Kau tak mendengarnya тАж ?” kata Dumbledore.

Harry menggelengkan kepalanya.

“Dia berkata padaku,” kata Profesor Quirrell, “bahwa dia mengetahui diriku, dan bahwa dia akan memburuku suatu hari, di mana pun aku mencoba bersembunyi.” Wajahnya kaku, menunjukkan tak sedikit pun ketakutan.

“Ah,” kata Harry. “Aku tak akan mengkhawatirkan tentang itu, Profesor Quirrell.” Tidak seperti Dementor bisa benar-benar berbicara, atau berpikir; struktur yang mereka miliki itu dipinjam dari pikiran dan ekspektasimu sendiri тАж .

Sekarang semua orang memberinya pandangan yang sangat aneh. Para Auror saling memandang dengan cemas satu sama lain, pada Dementor, pada Harry.

Dan mereka berdiri tepat di hadapan kurungan si Dementor.

“Mereka adalah luka-luka di dalam dunia,” kata Harry. “Ini hanya tebakan liar, tapi aku menebak orang yang mengatakan itu adalah Godric Gryffindor.”

“Ya тАж .” kata Dumbledore. “Bagaimana kau tahu?”

Itu adalah salah pengertian umum, pikir Harry, bahwa seluruh rasionalis terbaik akan Diseleksi ke dalam Ravenclaw, meninggalkan tak satu pun untuk Asrama lain. Tidak seperti ini; Diseleksi ke dalam Ravenclaw menandakan bahwa sifat terkuatmu adalah keingintahuan, bertanya-tanya dan keinginan untuk mengetahui jawaban sebenarnya. Dan ini bukanlah satu-satunya sifat yang dibutuhkan seorang rasionalis. Sesekali kamu harus bekerja keras pada suatu masalah, dan bertahan dengan hal itu untuk beberapa saat. Sesekali kamu perlu rencana cerdas untuk mencari jawaban. Dan sesekali apa yang kamu perlukan lebih dari yang lain untuk melihat sebuah jawaban, adalah keberanian untuk menghadapinya тАж .

Pandangan Harry menuju kepada apa yang ada di bawah selubung itu, kengerian jauh lebih buruk dari mumi membusuk mana pun. Romena Ravenclaw mungkin juga mengetahui, karena itu adalah teka-teki yang cukup jelas begitu kamu melihatnya sebagai sebuah teka-teki.

Dan jelas juga kenapa Patronus-Patronus itu binatang. Binatang tak tahu, dan dengan demikian terlindungi dari ketakutan itu.

Tapi Harry tahu, dan akan selalu tahu, dan tak akan bisa melupakan. Dia mencoba untuk mengajari dirinya sendiri untuk menghadapi realitas tanpa gentar, dan walau Harry masih belum menguasai ilmu itu, tetap alur itu tertanam ke dalam pikirannya, refleks yang dipelajari untuk melihat kepada pikiran yang menyakitkan bukannya menghindar. Harry tak akan mampu melupakan dengan memikirkan pikiran hangat bahagia tentang sesuatu yang lain, dan itulah kenapa mantranya tak bekerja untuknya.

Sehingga Harry akan memikirkan satu pikiran hangat bahagia yang bukan tentang sesuatu yang lain.

Harry mengeluarkan tongkat sihir yang Profesor Flitwick kembalikan padanya, menempatkan kakinya ke dalam kuda-kuda awalan untuk Mantra Patronus.

Di dalam pikirannya, Harry membuang sisa-sisa terakhir dari kedamaian si phoenix, meminggirkan keadaan tenang, seperti mimpi itu, bukannya mengingat seruan menusuk Fawkes, dan membangkitkan dirinya sendiri untuk perang. Memanggil seluruh bagian dan elemen dari dirinya sendiri untuk terbangun. Membangkitkan dalam dirinya sendiri seluruh kekuatan yang Mantra Patronus itu bisa ambil, untuk menempatkan dirinya sendiri ke dalam kerangka pikiran yang benar untuk pikiran hangat dan bahagia terakhir itu; mengingat seluruh benda-benda terang.

Buku-buku yang ayahnya belikan untuknya.

Senyuman Mum ketika Harry membuat kerajinan kartu hari ibu untuknya, suatu benda rumit yang menghabiskan setengah pound dari perangkat elektronik sisa dari garasi yang membuat kilatan cahaya dan membunyikan nada-nada kecil, dan membutuhkannya tiga hari untuk membuat.

Profesor McGonagall memberitahunya bahwa orangtuanya meninggal dengan baik, melindunginya. Seperti yang memang mereka lakukan.

Menyadari bahwa Hermione bisa mengimbanginya dan bahkan berlari lebih cepat, hingga mereka bisa menjadi rival dan teman sejati.

Membujuk Draco keluar dari kegelapan, menyaksikannya perlahan bergerak menuju cahaya.

Neville dan Seamus dan Lavender dan Dean dan semua orang lain yang memandang tinggi dirinya, semua orang yang untuk mereka dia akan bertarung untuk lindungi jika apa pun yang mengancam Hogwarts.

Semua yang membuat kehidupan layak dijalani.

Tongkat sihirnya naik ke dalam posisi awal untuk Mantra Patronus.

Harry memikirkan bintang-bintang, gambar yang nyaris menahan Dementor bahkan tanpa suatu Patronus. Hanya kali ini, Harry menambahkan komposisi yang hilang, dia tak pernah benar-benar melihatnya tapi dia sudah melihat gambar dan videonya. Bumi, biru dan putih menyala dengan sinar matahari yang terpantul saat dia tergantung di angkasa, di tengah kekosongan hitam dan titik-titik cahaya cemerlang. Dia ditakdirkan di situ, di dalam gambar itu, karena itu adalah apa yang memberi semua yang lain arti atas diri mereka. Bumi adalah apa yang membuat bintang-bintang itu penting, membuat mereka lebih dari reaksi fusi tak terkontrol, karena itu Bumilah yang suatu hari akan menaklukkan galaksi, dan memenuhi janji dari langit malam.

Apakah mereka akan masih merasakan bencana dari para Dementor, para keturunan dari keturunan dari keturunan, pewaris kemanusiaan jauh saat mereka melenggang dari bintang ke bintang? Tidak. Tentu saja tidak. Para Dementor hanyalah gangguan kecil, jauh ke dalam ketidakadaan dibandingkan cahaya janji itu; bukan tak bisa dibunuh, bukan tak terkalahkan, bahkan dekat pun tidak. Kamu harus bisa memaklumi sedikit gangguan, jika kamu adalah salah satu dari mereka yang beruntung dan tak beruntung untuk dilahirkan di Bumi; di Bumi Kuno, nama yang akan suatu saat diingat. Itu juga adalah bagian dari apa artinya hidup, jika kamu adalah salah satu dari kesadaran kecil yang dilahirkan dalam awal dari segalanya, sebelum kehidupan cerdas masuk sepenuhnya dalam seluruh kekuatannya. Bahwa masa depan yang jauh lebih luas tergantung pada apa yang kamu lakukan di sini, saat ini, di hari-hari senja terawal, ketika masih ada sebegitu banyak kegelapan untuk diperangi, dan gangguan-gangguan sementara seperti Dementor.

Mum dan Dad, pertemanan Hermione dan perjalanan Draco, Neville dan Seamus dan Lavender dan Dean, dan langit biru dan Matahari benderang dan seluruh benda-benda bercahaya, Bumi, bintang-bintang, janji, semua yang adalah kemanusiaan dan semua yang kemanusiaan akan jadi di masa depan тАж .

Pada tongkat sihir, jari-jari Harry bergerak ke dalam posisi awal mereka; dia sudah siap, sekarang, untuk memikirkan pikiran hangat dan bahagia yang benar.

Dan mata Harry menatap tepat pada apa yang ada di bawah selubung compang-camping itu, melihat tepat pada apa yang dinamai Dementor. Kehampaan, kekosongan, lubang di alam semesta, ketiadaan warna dan ruang, saluran terbuka yang mana kehangatan akan mengalir keluar dari dunia ini.

Ketakutan yang dia pancarkan mencuri seluruh pikiran bahagia, kedekatannya menguras tenaga dan kekuatanmu, kecupannya akan menghancurkan semua yang adalah dirimu.

Aku sudah tahu kamu sekarang, pikir Harry saat tongkat sihirnya tersentak sekali, dua kali, tiga kali, dan empat kali, saat jari-jarinya bergeser ke jarak yang tepat, Aku memahami sifatmu, kau menyimbolkan Kematian, melalui suatu hukum sihir kau adalah suatu bayangan yang Kematian lemparkan ke dalam dunia ini.

Dan Kematian bukanlah sesuatu yang akan pernah kusambut.

Itu hanyalah suatu hal kekanak-kanakan, yang spesies manusia masih belum lampaui.

Dan suatu hari тАж .

Kami akan melewatinya тАж .

Dan orang-orang tak akan perlu mengucapkan selamat tinggal lagi тАж .

Tongkat sihirnya terangkat dan teracung lurus ke arah Dementor.

“EXPECTO PATRONUM!”

Pikiran itu meledak darinya bagaikan bendungan rusak, menyembur melewati tangannya ke dalam tongkat sihirnya, menyembur dari tongkat sihirnya sebagai cahaya putih benderang. Cahaya yang menjadi korporeal, mengambil suatu bentuk dan substansi.

Suatu sosok dengan dua lengan, dua kaki, dan satu kepala, berdiri tegak; binatang Homo sapiens, bentuk dari seorang manusia.

Berpendar lebih terang dan lebih terang saat Harry menuangkan seluruh kekuatannya ke dalam mantranya, membara dengan cahaya berpijar yang lebih terang daripada matahari terbenam yang memudar, para Auror dan Profesor Quirrell melindungi mata mereka dalam keterkejutanтАУ

Dan suatu hari ketika para keturunan dari umat manusia sudah menyebar dari bintang ke bintang, mereka tak akan menceritakan pada anak-anak tentang sejarah dari Bumi Kuno sampai mereka cukup tua untuk menerimanya; dan ketika mereka mengetahui mereka akan menangis karena mendengar bahwa hal semacam Kematian pernah ada!

Sosok manusia itu bersinar lebih cemerlang sekarang daripada Matahari sore, sebegitu cerah hingga Harry bisa merasakan kehangatannya di kulitnya; dan Harry mengirimkan seluruh tantangannya kepada bayang-bayang kematian itu, membuka seluruh pintu air yang ada di dalamnya untuk membuat bentuk terang itu membara lebih terang dan terus lebih terang.

Kau bukan tak terkalahkan, dan suatu hari umat manusia akan mengakhirimu.

Aku akan mengakhirimu jika aku bisa, oleh kekuatan pikiran dan sihir dan sains.

Aku tak akan merinding ketakutan pada Kematian, tidak selagi aku memiliki kesempatan menang.

Aku tak akan membiarkan Kematian menyentuhku, aku tak akan membiarkan Kematian menyentuh mereka yang kucintai.

Dan bahkan jika kamu memang mengakhiriku sebelum aku mengakhirimu,

Yang lain akan mengambil tempatku, dan lainnya,

Sampai luka-luka di dunia pada akhirnya tersembuhkan тАж .

Harry menurunkan tongkat sihirnya, dan sosok manusia terang itu memudar menghilang.

Perlahan, dia menghembuskan napas.

Bagaikan terbangun dari sebuah mimpi, bagaikan membuka matanya setelah tertidur, pandangan Harry bergerak dari kurungan, dia melihat sekeliling dan melihat bahwa semua orang sedang menatapnya.

Albus Dumbledore sedang menatapnya.

Profesor Quirrell sedang menatapnya.

Para trio Auror sedang menatapnya.

Mereka semua melihatnya seolah-olah dia baru saja menghancurkan Dementor.

Selubung compang-camping itu tergeletak kosong di dalam kurungan.

*Chapter 46*: Humanisme, Bg 4

Ujung terakhir dari Matahari tenggelam ke bawah cakrawala, cahaya merah itu memudar dari puncak-puncak pohon, hanya langit biru yang menyinari keenam orang yang berdiri di atas rumput yang dikeringkan musim dingin dan berbercak salju, di dekat kurungan kosong yang di dalamnya tergeletak sebuah selubung kosong, compang-camping.

Harry merasa тАж yah, normal lagi. Sedikit banyak waras. Mantranya tidak memutar balik hari ini serta kerusakannya, tidak membuat luka-luka itu seolah tak pernah terjadi, tapi sakitnya sudah тАж diperban, diperbaiki? Itu sukar dijelaskan.

Dumbledore juga terlihat lebih sehat, walau tidak benar-benar pulih. Kepala sang penyihir tua berbalik untuk sesaat, mengunci pandang dengan Profesor Quirrell, kemudian melihat balik pada Harry. “Harry,” kata Dumbledore, “apakah kamu akan rubuh dalam kelelahan dan mungkin mati?”

“Tidak , anehnya, ” kata Harry. “Itu tadi mengambil sesuatu keluar dariku, tapi jauh lebih sedikit dari yang kukira akan terjadi.” Atau mungkin itu memberikan sesuatu kembali, di samping mengambil sesuatu тАж . “Jujur, aku mengharapkan tubuhku menghantam tanah dengan suara thud sekitar sekarang.”

Ada suatu jenis suara tubuh-menghantam-tanah-dengan-thud yang kentara.

“Terima kasih karena mengurus yang itu, Quirinus,” kata Dumbledore pada Profesor Quirrell, yang sekarang berdiri di atas dan di belakang sosok-sosok tak sadarkan diri dari ketiga Auror. “Aku mengaku kalau aku masih merasa sedikit pucat. Walau aku akan mengurus Mantra Memorinya sendiri.”

Profesor Quirrell memiringkan kepalanya, dan kemudian melihat ke arah Harry. “Aku akan mengabaikan banyak ketidakpercayaan tak berguna,” kata Profesor Quirrell, “komentar sampai ke efek bahwa Merlin sendiri gagal melakukan itu, dan lain-lain. Mari kita langsung pada menanyakan pertanyaan pentingnya. Demi ular manis merayap apa tadi itu?”

“Mantra Patronus,” kata Harry. “Versi 2.0.”

“Aku gembira melihat bahwa kamu adalah dirimu yang biasa lagi,” kata Dumbledore. “Tapi kamu tidak akan pergi ke mana pun, Ravenclaw muda, sampai kamu memberitahuku apa tepatnya pikiran hangat dan bahagia tadi.”

“Hm тАж .” kata Harry. Dia mengetuk suatu jemari merenung pada pipinya. “Aku penasaran apakah harus kukatakan?”

Profesor Quirrell seketika tersenyum.

“Tolong?” kata sang Kepala Sekolah. “Benar-benar tolong tambah gula di atasnya?”

Harry merasakan suatu dorongan dan memutuskan untuk melakukannya. Itu berbahaya, tapi mungkin tak pernah ada kesempatan lebih baik sampai akhir waktu.

“Tiga soda,” kata Harry pada kantongnya, kemudian melihat ke atas pada Profesor Pertahanan dan sang Kepala Sekolah Hogwarts. “Tuan-tuan,” kata Harry, “aku membeli soda-soda ini pada kunjungan pertamaku ke Peron Sembilan dan Tiga Perempat, pada hari aku masuk ke Hogwarts. Aku sudah menyimpan mereka untuk kesempatan-kesempatan spesial; ada pemantraan minor pada mereka untuk meyakinkan bahwa mereka diminum pada saat yang tepat. Ini adalah persediaan terakhirku, tapi aku tak berpikir kalau akan pernah datang suatu kesempatan yang lebih baik. Mari?”

Dumbledore mengambil satu soda dari Harry, dan Harry melemparkan yang lain pada Profesor Quirrell. Kedua pria lebih tua masing-masing menggumamkan mantra-mantra yang identik pada kalengnya dan mengerutkan dahi sesaat pada hasilnya. Harry, untuk bagiannya, langsung membukanya dan meminumnya.

Sang Profesor Pertahanan dan sang Kepala Sekolah Hogwarts dengan sopan mengikuti.

Kata Harry, “Aku memikirkan tentang penolakan absolutku atas gagasan kematian sebagai struktur alami.”

Itu mungkin bukan jenis perasaan hangat yang benar yang kamu butuhkan untuk melemparkan satu Mantra Patronus, tapi itu akan masuk ke dalam Top 10 Harry bagaimanapun juga.

Pandangan yang dia peroleh dari Profesor Pertahanan dan sang Kepala Sekolah sesaat membuat Harry khawatir, saat Comed-Tea yang tertumpah memudar menghilang; tapi kemudian mereka berdua masing-masing melihat satu sama lain dan keduanya sepertinya memutuskan bahwa mereka tak bisa begitu saja melakukan sesuatu yang teramat buruk pada Harry di hadapan yang lain.

“Tn. Potter,” kata Profesor Quirrell, “bahkan aku tahu kalau itu bukanlah bagaimana seharusnya hal-hal berjalan.”

“Benar,” kata Dumbledore. “Jelaskan.”

Harry membuka mulutnya, dan kemudian, saat pemahaman menghantamnya, dengan cepat menutup mulutnya lagi. Godric tak memberi tahu siapapun, demikian juga tidak Rowena jika dia tahu; mungkin ada sejumlah penyihir yang sudah mengetahuinya dan menjaga mulut mereka tetap tertutup. Kau tak bisa melupakan jika kamu tahu bahwa itulah yang kamu coba lakukan; begitu kamu menyadari bagaimana cara kerjanya, bentuk binatang dari Mantra Patronus tak akan pernah bekerja untukmu lagiтАУdan kebanyakan penyihir tak memiliki didikan yang tepat untuk menghadapi Dementor dan menghancurkan merekaтАУ

“Erm, maaf tentang ini,” kata Harry. “Tapi aku baru saja seketika ini menyadari bahwa menjelasakan akan jadi suatu ide yang teramat buruk sampai kalian menyadari sendiri beberapa hal tertentu.”

“Apakah itu yang sebenarnya, Harry?” kata Dumbledore perlahan. “Atau apakah kamu hanya berpura-pura bijakтАУ”

“Kepala Sekolah!” kata Profesor Quirrell, terdengar sungguh-sungguh terkejut. “Tn. Potter sudah memberitahumu bahwa mantra ini tidak dibicarakan dengan mereka yang tak bisa melemparkannya! Kamu tidak boleh menekan seorang penyihir atas perkara macam itu!”

“JIka aku memberi tahu kalianтАУ” Harry memulai.

“Tidak,” kata Profesor Quirrell, terdengar cukup serius. “Kamu jangan memberi tahu kami kenapa, Tn. Potter, kamu hanya cukup memberi tahu kami kalau kami tak boleh tahu. Jika kamu ingin menyusun suatu petunjuk, kamu melakukannya dengan hati-hati, di waktu senggang, bukan di tengah-tengah percakapan.”

Harry mengangguk.

“Tapi,” kata sang Kepala Sekolah. “Tapi, tapi apa yang akan kukatakan pada Kementerian? Kamu tak bisa begitu saja kehilangan satu Dementor!”

“Katakan pada mereka kalau aku memakannya,” kata Profesor Quirrell, menyebabkan Harry tersedak soda yang dia tanpa sadar angkat ke bibirnya. “Aku tak keberatan. Mari kita kembali, Tn. Potter?”

Mereka berdua mulai menjalani jalan tanah kembali ke Hogwarts, meninggalkan di belakang Albus Dumbledore yang menatap dengan kesepian ke arah kurungan yang kosong dan ketiga Auror tertidur yang menunggu Mantra Memori mereka.

*

Kelanjutan, Harry Potter dan Professor Quirrell:

Mereka berjalan untuk sesaat sebelum Profesor Quirrell berbicara, dan seluruh suara di latar belakang terjatuh ke dalam kesunyian ketika dia berbicara.

“Kamu memang teramat mahir dalam membunuh banyak hal, muridku,” kata Profesor Quirrell.

“Terima kasih,” kata Harry dengan tulus.

“Aku bukan berusaha mengorek,” kata Profesor Quirrell, “tapi dalam suatu kesempatan kecil bahwa hanya sang Kepala Sekolah yang kamu tak bisa percayai dengan rahasianya тАж ?

Harry mempertimbangkan ini. Profesor Quirrell sudah tak mampu melemparkan Mantra Patronus binatang.

Tapi kamu tak bisa menutup lagi suatu rahasia, dan Harry adalah seorang pelajar yang cukup cepat untuk menyadari kalau dia harus paling tidak berpikir untuk sesaat sebelum melepaskan yang satu ini kepada dunia.

Harry menggelengkan kepalanya, dan Profesor Quirrell menganggukkan penerimaan.

“Hanya ingin tahu, Profesor Quirrell,” kata Harry, “jika pembawaanmu atas Dementor ke Hogwarts adalah bagian dari suatu rencana jahat, apa yang akan menjadi tujuannya?”

“Membunuh Dumbledore selagi dia melemah,” kata Profesor Quirrell bahkan tanpa ragu. “Hm. Sang Kepala Sekolah memberitahumu kalau dia curiga terhadapku?”

Harry tak mengatakan apa pun untuk satu detik selagi dia mencoba untuk memikirkan suatu balasan, dan kemudian menyerah ketika dia sadar kalau dia sudah menjawab.

“Menarik тАж .” kata Profesor Quirrell. “Tn. Potter, tidak di luar pertanyaan bahwa memang ada suatu rencana yang berjalan hari ini. Tongkat sihirmu berakhir sebegitu dekat pada kurungan Dementor bisa jadi adalah suatu kecelakaan. Atau salah satu dari pada Auror bisa jadi terkena Imperius, atau Confundus, atau Legilimency untuk memaksakan suatu pengaruh. Flitwick dan aku sendiri harusnya tak dikecualikan dari tersangka, dalam perhitunganmu. Satu catatan bahwa Profesor Snape membatalkan seluruh kelasnya hari ini, dan aku curiga kalau dia cukup kuat untuk melakukan Disillusion atas dirinya sendiri; para Auror melemparkan mantra-mantra pendeteksi pada awalnya, tapi mereka tak mengulangi secepatnya sebelum giliranmu. Tapi yang paling mudah dari semua, Tn. Potter, tindakan itu bisa jadi sudah direncanakan oleh Dumbledore sendiri; dan kalau dia memang, wah, dia mungkin juga mengambil beberapa langkah di depan untuk melemparkan kecurigaanmu di tempat lain.”

Mereka melanjutkan berjalan untuk beberapa langkah.

“Tapi kenapa dia melakukannya?” kata Harry.

Sang Profesor Pertahanan terus diam untuk sesaat, dan kemudian berkata, “Tn. Potter, langkah-langkah apa saja yang sudah kamu ambil untuk menyelidiki karakter dari Kepala Sekolah?”

“Tak banyak,” kata Harry. Dia hanya baru-baru ini menyadari тАж . “Tidak cukup banyak.”

“Kalau begitu aku akan mengamati,” kata Profesor Quirrell, “bahwa kamu tidak mencari tahu semua yang akan diketahui tentang seseorang dengan menanyakan hanya kepada teman-temannya.”

Sekarang adalah giliran Harry untuk berjalan beberapa langkah dalam diam dalam jalur tanah yang sedikit remuk yang menuju kembali ke Hogwarts. Dia seharusnya benar-benar tahu lebih baik dari itu. Bias konfirmasi adalah istilah teknisnya; itu artinya, di antara banyak hal, bahwa ketika kamu memilih sumber informasimu, ada suatu kecenderungan yang bisa dilihat untuk memilih sumber informasi yang sependapat dengan pendapatmu saat ini.

“Terima kasih,” kata Harry. “Sebenarnya тАж aku tak mengatakannya lebih awal, bukan begitu? Terima kasih untuk segalanya. Jika Dementor lain pernah mengancammu, atau untuk masalah itu, sedikit menjengkelkanmu, beri tahu saja aku dan aku akan memperkenalkannya dengan Tuan Manusia Bercahaya. Aku tak suka ketika Dementor sedikit menjengkelkan teman-temanku.”

Itu membuatnya memperoleh pandangan tak terpahami dari Profesor Quirrell. “Kamu menghancurkan si Dementor karena dia mengancamku?”

“Erm,” kata Harry, “aku bisa dibilang sudah memutuskan tentang itu sebelumnya, tapi ya, itu akan jadi alasan yang cukup untuk melakukannya.”

“Aku paham,” kata Profesor Quirrell. “Dan apa yang akan kamu lakukan tentang ancaman padaku tadi jika mantramu tidak berhasil dalam menghancurkan si Dementor?”

“Rencana B,” kata Harry. “Membungkus si Dementor dalam metal tebal dengan suatu titik leleh tinggi, mungkin tungsten, menjatuhkannya ke dalam gunung berapi aktif, dan berharap kalau dia berakhir di dalam mantel Bumi. Ah, seluruh planet ini diisi dengan lava cair di bawah permukaannyaтАУ”

“Ya,” kata Profesor Quirrell. “Aku tahu.” Si Profesor Pertahanan mengenakan sebuah senyuman yang sangat ganjil. “Aku benar-benar harus memikirkan tentang itu sendiri, dengan seluruh hal dipertimbangkan. Beri tahu aku, Tn. Potter, jika kamu ingin membuat menghilangkan sesuatu di mana tak ada satu pun yang akan menemukannya lagi, di mana akan kamu tempatkan benda itu?”

Harry mempertimbangkan pertanyaan ini. “Aku pikir aku tak boleh bertanya apa yang kau pandang perlu untuk dihilangkanтАУ”

“Bisa dibilang begitu,” kata Profesor Quirrell, sesuai yang Harry sudah perkirakan; dan kemudian, “Mungkin kamu akan diberitahu ketika kamu lebih tua,” yang tak Harry perkirakan.

“Yah,” kata Harry, “selain mencoba membuatnya masuk ke dalam inti cair planet ini, kamu bisa menguburnya dalam batu solid satu kilometer di bawah tanah dalam suatu lokasi yang dipilih secara acakтАУmungkin menteleportasikannya, jika ada suatu cara untuk melakukannya dengan pembutaan, atau menggali sebuah lubang dan memperbaiki lubangnya setelahnya; hal pentingnya adalah untuk tak meninggalkan jejak apa pun yang menuju ke tempat itu, jadi itu hanyalah suatu meter persegi tak bernama di suatu tempat di dalam kerak Bumi. Kamu bisa menjatuhkannya ke dalam Palung Mariana, itu adalah kedalaman laut yang paling dalam di planet iniтАУatau pilih saja suatu palung laut lain yang acak, untuk membuatnya tak terlalu kentara. JIka kamu bisa membuatnya melayang dan tak terlihat, maka kamu bisa melemparkannya ke stratosfir. Atau idealnya kamu bisa meluncurkannya ke angkasa, dengan suatu selubung melawan pendeteksian, dan suatu faktor percepatan yang secara acak berfluktuasi yang akan membawanya keluar dari Sistem Tata Surya. Dan setelahnya, tentu saja, kamu akan melemparkan Obliviate pada dirimu sendiri, sehingga bahkan kamu tidak tahu tepatnya di mana lokasinya.”

Sang Profesor Pertahanan tertawa, dan itu terdengar bahkan lebih ganjil dibandingkan senyumannya.

“Profesor Quirrell?” kata Harry.

“Semua saran yang sempurna,” kata Profesor Quirrell. “Tapi beri tahu aku, Tn. Potter, kenapa kelima hal itu?”

“Huh?” kata Harry. “Mereka hanya terasa seperti gagasan yang terlihat jelas.”

“Oh?” kata Profesor Quirrell. “Tapi ada suatu pola yang menarik pada mereka, kamu tahu. Seseorang mungkin berkata itu terdengar seperti suatu teka-teki. Aku harus mengakui, Tn. Potter, bahwa meskipun memiliki naik dan turunnya sendiri, pada keseluruhan, ini adalah hari yang secara mengejutkan terasa cukup baik.”

Dan mereka terus menjalani jalur yang membawa ke gerbang-gerbang Hogwarts, dengan suatu jarak di antara mereka; saat Harry, bahkan tanpa memikirkannya, secara otomatis mengambil tempat cukup jauh dari sang Profesor Pertahanan untuk tak memicu perasaan kebinasaan itu, yang untuk suatu alasan terasa luar biasa kuat saat ini.

*

Kelanjutan, Daphne Greengrass:

Hermione menolak untuk menjawab pertanyaan apa pun, dan begitu mereka melewati cabang yang menuju ke dungeon Slytherin, Daphne dan Tracey berpisah saat itu juga, berjalan secepat yang mereka bisa. Rumor berjalan dengan cepat di Hogwarts, sehingga mereka harus pergi ke Dungeon secepatnya jika mereka ingin menjadi yang pertama untuk memberi tahu semua orang cerita itu.

“Sekarang ingat,” kata Daphne, “jangan hanya langsung menyemburkan tentang ciumannya begitu kita berjalan masuk, oke? Itu terdengar lebih baik jika kita beri tahu seluruh ceritanya sesuai urutan.”

Tracey mengangguk dengan bersemangat.

Dan secepat mereka menyembur ke dalam ruang rekreasi Slytherin, Tracey Davis mengambil napas dalam-dalam dan berteriak, “Semuanya! Harry Potter tak bisa melemparkan Mantra Patronus dan si Dementor nyaris memakannya dan Profesor Quirrell menyelamatkannya tapi kemudian Potter menjadi benar-benar jahat sampai Granger membawanya kembali dengan sebuah ciuman! Itu jelas adalah cinta sejati!”

Itu adalah penceritaan yang bisa dibilang sesuai urutan, pikir Daphne.

Berita itu gagal menghasilkan reaksi yang diharapkan. Kebanyakan dari para gadis hanya memandang sesaat dan kemudian tetap ada di kursi mereka, atau para anak laki-laki yang hanya terus membaca di bangku mereka.

“Ya,” kata Pansy dengan masam, dari tempatnya duduk dengan kaki Gregory di pangkuannya, bersandar dan membaca satu buku yang sepertinya adalah buku mewarnai, “Millicent sudah memberi tahu kami.”

BagaimanaтАУ

“Kenapa bukan kamu yang menciumnya lebih dulu, Tracey?” kata Flora and Hestia Carrow dari kursi mereka sendiri. “Sekarang Potter akan menikahi seorang gadis darah lumpur! Kau bisa jadi cinta sejatinya dan masuk ke dalam Keluarga Terhormat kaya dan sebagainya jika kau yang pertama menciumnya!”

Wajah Tracey adalah suatu gambar pemahaman tertegun.

“Apa?” decit Daphne. “Cinta tidak bekerja seperti itu!”

“Tentu saja seperti itu,” ujar Millecent dari tempatnya berlatih suatu jenis Mantra sementara melihat ke luar jendela ke arah air-air berputar di Danau Hogwarts. “Ciuman pertama akan mendapatkan pangerannya.”

“Itu bukanlah ciuman pertama mereka!” teriak Daphne. “Hermione sudah merupakan cinta sejatinya! Itulah kenapa dia bisa membawanya kembali!” Kemudian Daphne menyadari apa yang baru saja dia katakan dan mengernyit dalam hati, tapi seperti perkataan yang berkata, kamu harus menyesuaikan lidahnya pada telinganya.

“Whoa, whoa, whoa, apa?” kata Gregory, mengayunkan kakinya dari pangkuan Pansy. “Apa ini? Nona Bulstrode tidak menceritakan bagian itu.”

Semua orang yang lain juga melihat ke arah Daphne, sekarang.

“Oh, Yeah,” kata Daphne, “Harry mendorongnya pergi dan meneriakkan, ‘Aku sudah bilang, tak boleh mencium!’ Kemudian Harry berteriak seolah-olah dia akan mati dan Fawkes mulai bernyanyi untuknyaтАУaku tak yakin yang mana yang terjadi lebih dulu, sebenarnyaтАУ”

“Itu tak terdengar seperti cinta sejati untukku,” kata si kembar Carrow. “Itu terdengar seperti orang yang salah mencium dia.”

“Itu harusnya aku,” bisik Tracey. Wajahnya masih tertegun. “Akulah yang seharusnya menjadi cinta sejatinya. Harry Potter adalah jenderalku. Aku harusnya, aku harusnya memerangi Granger untuknyaтАУ”

Daphne berbalik menghadap Tracey, marah. “Kau? Mengambil Harry dari Hermione?”

“Yeah!” kata Tracey. “Aku!”

“Kau gila,” Daphne menyatakan dengan keyakinan. “Bahkan jika kamu memang yang pertama kali menciumnya, kau tahu itu akan membuatmu jadi apa? Gadis kecil kasmaran menyedihkan yang mati di akhir Babak Dua.”

“Kau tarik lagi itu!” teriak Tracey.

Sementara itu, Gregory menyeberangi ruangan ke tempat Vincent yang sedang mengerjakan pekerjaan rumahnya. “Tn. Crabbe,” Gregory berkata dalam suara rendah, “aku pikir Tn. Malfoy perlu mengetahui tentang ini.”

*

Kelanjutan, Hermione Granger:

Hermione menatap ke arah kertas yang tersegel lilin, di permukaannya yang tertulis hanya nomer 42.

Aku sudah mengetahui kenapa kita tak bisa melemparkan Mantra Patronus, Hermione, itu tak ada hubungannya dengan keadaan kita yang tak cukup bahagia. Tapi aku tak bisa memberitahumu. Aku bahkan tak bisa memberi tahu Kepala Sekolah. Itu bahkan perlu lebih rahasia dari pada Transfigurasi parsial, untuk sekarang, paling tidak. Tapi jika kamu suatu saat perlu bertarung dengan Dementor, rahasianya tertulis di sini, secara samar, supaya jika seseorang yang tak mengetahui kalau ini tentang Dementor dan Mantra Patronus, mereka tak akan mengetahui apa artinya тАж .

Dia memberi tahu Harry tentang melihatnya mati, orangtuanya mati, seluruh temannya mati, semua orang mati. Dia belum memberitahunya tentang kengerian yang dia rasakan atas mati sendirian, entah kenapa itu masih terlalu menyakitkan.

Harry memberitahunya bahwa Harry mengingat orangtuanya mati, dan Harry berpikir bahwa itu lucu.

Tak ada cahaya di tempat di mana Dementor membawamu, Hermione. Tak ada kehangatan. Tak ada kasih sayang. Itu adalah suatu tempat yang bahkan kamu tak akan memahami kebahagiaan. Ada rasa sakit, dan ketakutan, dan itu semua masih bisa menggerakkanmu. Kamu bisa membenci, dan merasa senang dalam menghancurkan apa yang kamu benci. Kamu bisa tertawa, ketika kamu melihat orang lain terluka. Tapi kamu tak akan pernah bisa bahagia, kamu bahkan tak bisa mengingat apa yang sudah tak ada lagi тАж . Aku pikir tak ada cara di mana aku akan bisa menjelaskan dari apa kamu sudah menyelamatkanku. Aku biasanya merasa malu untuk menempatkan siapapun dalam masalah, aku biasanya tak tahan ketika siapapun membuat suatu pengorbanan untukku, tapi kali ini aku akan katakan bahwa tak peduli apa harga yang harus kau bayar untuk menciumku, jangan pernah meragukan untuk satu detik pun bahwa itu adalah hal yang benar untuk dilakukan.

Hermione belum menyadari betapa sedikit si Dementor tadi menyentuhnya, betapa kecil dan dangkal seluruh kegelapan yang mana Dementor tadi membawanya.

Dia sudah melihat semua orang mati, dan itu masih bisa melukai.

Hermione menyimpan kertas itu kembali ke kantongnya, seperti yang seharusnya dilakukan seorang gadis baik.

Dia benar-benar ingin membacanya, meski begitu.

Dia benar-benar ketakutan dengan Dementor.

*

Kelanjutan, Minerva McGonagall:

Dia merasa beku; dia harusnya tak sebegitu terkejut, dia seharusnya tak menemukan Harry sebegitu sukar untuk dihadapi, tapi setelah apa yang sudah dia alami тАж . Dia sudah meneliti si bocah muda di depannya tanda-tanda apa pun dari Dementasi, dan gagal menemukan apa pun. Tapi ada sesuatu tentang ketenangan yang menemaninya menanyakan suatu pertanyaan yang sebegitu berfirasat buruk sepertinya teramat sangat mengkhawatirkan. “Tn. Potter, aku tak mungkin membicarakan masalah semacam itu tanpa izin Kepala Sekolah!”

Bocah di kantornya menerima ini tanpa merubah ekspresi. “Aku lebih memilih untuk tak mengganggu sang Kepala Sekolah dengan masalah ini,” kata Harry Potter dengan tenang. “Aku bersikeras untuk tak mengganggunya, sebenarnya, dan kamu memang sudah berjanji bahwa percakapan kita akan tetap privat. Jadi biarkan aku menempatkannya seperti ini. Aku tahu bahwa ada, pada dasarnya, suatu ramalan. Aku tahu bahwa kamulah orang pertama yang awalnya mendengarnya dari Professor Trelawney. Aku tahu bahwa ramalan itu menyebutkan anak dari James dan Lily sebagai seseorang yang berbahaya bagi sang Pangeran Kegelapan. Dan aku tahu siapa aku, memang semua orang sekarang tahu siapa aku, sehingga kamu tidak membuka sesuatu yang baru atau yang berbahaya, jika kamu memberitahuku hanya ini: Apa kata-kata persisnya yang merujuk kepada aku, anak dari James dan Lily?”

Suara kosong Trelawney bergema di pikirannyaтАУ

DILAHIRKAN KEPADA MEREKA YANG TELAH TIGA KALI MENANTANGNYA,

DILAHIRKAN BERSAMAAN DENGAN MATINYA BULAN KETUJUH тАж .

“Harry,” kata Profesor McGonagall, “aku tak mungkin memberitahumu itu!” Membuatnya menggigil sampai ke tulang mengetahui bahwa Harry sudah tahu sebegitu banyak, dia tak bisa bayangkan bagaimana Harry bisa tahuтАУ

Si bocah melihat ke arahnya dengan mata aneh, penuh duka. “Apakah kamu tak bisa bersin tanpa izin dari sang Kepala Sekolah, Profesor McGonagall? Karena aku berjanji padamu bahwa aku memiliki alasan bagus untuk bertanya, dan alasan bagus untuk menjaga pertanyaan itu tetap privat.”

“Tolong jangan, Harry,” bisiknya.

“Baiklah,” kata Harry. “Satu pertanyaan sederhana. Tolong. Apakah keluarga Potter disebutkan dengan nama? Apakah ramalannya secara harfiah mengatakan ‘Potter’?”

Dia menatap ke arah Harry untuk sesaat. Dia tak bisa mengatakan kenapa atau dari mana dia mendapatkan suatu perasaan bahwa ini adalah suatu titik penting, bahwa dia tak bisa dengan begitu saja menolak permintaan itu, atau dengan begitu saja mengabulkannyaтАУ

“Tidak,” katanya pada akhirnya. “Tolong, Harry, jangan bertanya lagi.”

Si bocah tersenyum, sedikit sedih sepertinya, dan berkata, “Terima kasih, Minerva. Kau adalah seorang wanita baik dan tulus.”

Dan selagi mulutnya masih terbuka dalam keterkejutan murni, Harry Potter bangkit dan meninggalkan kantor; dan hanya kemudian baru dia sadar bahwa Harry sudah menganggap penolakannya sebagai suatu jawaban, dan jawaban sebenarnya lebih lagiтАУ

Harry menutup pintu di belakangnya.

Logikanya sudah menunjukkan dirinya sendiri dalam kejelasan aneh bagaikan berlian. Harry tak bisa mengatakannya jika hal itu mendatanginya selama nyanyian Fawkes, atau mungkin bahkan sebelumnya.

Lord Voldemort membunuh James Potter. Dia lebih memilih untuk membiarkan nyawa Lily Potter. Dia terus melanjutkan serangannya, oleh karena itu, dengan tujuan tunggal untuk membunuh anak bayi mereka.

Pangeran Kegelapan biasanya tidak takut dengan anak bayi.

Jadi ada suatu ramalan tentang Harry Potter yang berbahaya untuk Lord Voldemort, dan Lord Voldemort sudah mengetahui ramalan itu.

“Aku beri kesempatan langka ini untuk pergi. Tapi aku tak akan menyusahkan diriku untuk menundukkanmu, dan kematianmu di sini tidak akan menyelamatkan anakmu. Minggir, wanita bodoh, jika kau memiliki sedikit pun pikiran di dalam dirimu!”

Benarkah itu suatu kehendak sampingan, untuk memberinya kesempatan itu? Tapi kemudian Lord Voldemort tak akan mencoba membujuknya. Apakah ramalannya memperingatkan Lord Voldemort agar jangan membunuh Lily Potter? Kalau begitu Lord Voldemort akan membuat masalah untuk dirinya sendiri untuk menundukkan dia. Lord Voldemort sedikit lebih cenderung untuk tak membunuh Lily Potter. Kecenderungannya lebih kuat daripada suatu kehendak sampingan, tapi bukan sekuat suatu peringatan.

Jadi misal seseorang yang mana Lord Voldemort anggap sebagai sekutu lebih rendah atau pelayan, berguna tapi tidak sangat diperlukan, sudah memohon pada sang Pangeran Kegelapan untuk mengecualikan nyawa Lily. Lily, bukan James.

Orang ini sudah mengetahui bahwa Lord Voldemort akan menyerang rumah keluarga Potter. Sudah mengetahui baik ramalannya, dan fakta bahwa sang Pangeran Kegelapan mengetahuinya. Kalau tidak dia tak akan memohonkan nyawa Lily.

Menurut Profesor McGonagall, selain dirinya sendiri, dua orang lain yang mengetahui ramalan itu adalah Albus Dumbledore dan Severus Snape.

Severus Snape, yang dulu mencintai Lily sebelum dia menjadi Lily Potter, dan membenci James.

Severus, dengan begitu, sudah mengetahui ramalannya, dan memberitahukannya kepada Pangeran Kegelapan. Yang dia lakukan karena ramalannya tak menyebutkan keluarga Potter dengan nama. Itu adalah suatu teka-teki, dan Severus memecahkan teka-teki itu hanya saja terlambat.

Tapi jika Severus adalah yang pertama mendengar ramalan itu, dan berkeinginan untuk memberitahukannya kepada Pangeran Kegelapan, maka kenapa dia juga memberitahu Dumbledore atau Profesor McGonagall?

Dengan demikian Dumbledore atau Profesor McGonagall yang mendengarnya pertama kali.

Sang Kepala Sekolah Hogwarts tak memiliki alasan yang jelas untuk memberi tahu sang Profesor Transfigurasi tentang suatu ramalan yang sangat sensitif dan sangat penting itu. Tapi sang Profesor Transfigurasi memiliki tiap alasan untuk memberi tahu sang Kepala Sekolah.

Adalah mungkin, kalau begitu, bahwa Profesor McGonagall adalah yang pertama mendengarnya.

Kemungkinan awalnya mengatakan bahwa adalah Profesor Trelawney, seer lokal Hogwarts. Seer itu langka, sehingga jika kamu menghitung kebanyakan detik-detik yang dihabiskan oleh Profesor McGonagall bersama dengan seer dalam seluruh waktu hidupnya, kebanyakan dari detik-detik seer itu akan jadi detik-detik Trelawney.

Profesor McGonagall memberi tahu Dumbledore, dan tak akan memberi tahu yang lainnya tentang ramalan itu tanpa izin.

Dengan demikian, adalah Albus Dumbledore yang sudah mengatur untuk Severus Snape entah bagaimana mengetahui ramalannya. Dan Dumbledore sendiri sudah memecahkan teka-tekinya dengan sukses, atau dia tak akan memilih Severus, yang dulu mencintai Lily, sebagai perantara.

Dumbledore dengan sengaja mengatur agar Lord Voldemort mendengar tentang ramalan itu, dengan harapan memancingnya kepada kematiannya. Mungkin Dumbledore mengatur agar Severus hanya mengetahui sebagian dari ramalannya, atau memang ada ramalan-ramalan lain yang mana Severus tetap tak bersalah тАж entah bagaimana Dumbledore mengetahui serangan seketika pada keluarga Potter akan tetap membawa pada kekalahan seketika Lord Voldemort, walaupun Lord Voldemort sendiri tak mempercayai ini. Atau mungkin itu hanyalah sapuan keberuntungan dari kegilaan Dumbledore, seleranya untuk rencana-rencana aneh тАж .

Severus pada akhirnya melayani Dumbledore setelahnya; mungkin para Pelahap Maut tak akan melihat dengan ramah pada Severus jika Dumbledore membuka perannya dalam kekalahan mereka.

Dumbledore mencoba mengatur agar ibu Harry tetap hidup. Tapi bagian itu dari rencananya gagal. Dan dia dengan sadar mengutuk James Potter kepada kematiannya.

Dumbledore bertanggung jawab atas kematian dari orangtua Harry. Jika seluruh rantai logikanya benar. Harry tak bisa, dalam keadilan, mengatakan bahwa dengan sukses mengakhiri Perang Dunia Sihir tidak terhitung sebagai keadaan yang meringankan. Tapi entah bagaimana ini masih тАж mengganggunya teramat sangat.

Dan itu adalah waktunya dan lewat waktunya untuk menanyakan Draco Malfoy apa yang sisi lain dari perang itu ingin katakan tentang karakter dari Albus Percival Wulfric Brian Dumbledore.

Загрузка...